KRUSIAL.online, SURABAYA – Lintasan pintu Kereta Api kebonsari Surabaya memakan tiga korban jiwa. Kronologis kejadian menurut keterangan saksi mata selaku penjaga palang pintu bernama Sukarno 47 tahun alamat Kebonsari baru No. 26 A, Surabaya. Tepat pukul 23.15 WIB Minggu (24/4/2022) saat itu melintas kendaraan roda empat Honda Brio RS warna merah dengan Nopol L 1120 QC.
Mobil tersebut ditumpangi tiga orang remaja yang berjenis kelamin laki-laki itu melaju dari arah barat menuju ke timur tertabrak kereta api penumpang Pasundan dari arah utara menuju selatan.
“Ketiga korban meninggal ditempat kejadian perkara nyaris tidak dapat dikenali, karena ke tiga jenazah sebelum dievakuasi banyak ceceran darah yang menutupi bagian wajah korban,” tutur Sukarno.
Sukarno menambahkan bahwa pengendara Honda Brio ketika itu berjalan perlahan saat mendekati rel kereta api, bahkan sempat berhenti karena di stop oleh Sukarno. Namun tiba-tiba pengendara berjalan kembali melewati lintasan rel kereta api yang bertepatan dengan lewatnya kereta api penumpang Pasundan dari arah utara menuju selatan, naas Honda Brio yang berisi tiga remaja tersebut tidak dapat menghindari lajunya kereta api Pasundan dan terjadilah tabrakan tersebut hingga terserat sejauh seratus meter mengakibatkan satu penumpang didalamnya terpental keluar dari mobil.
Sukarno merupakan seorang relawan penjaga lintasan pintu kereta api di kebonsari yang sudah bertugas bertahun-tahun dan bergantian dengan relawan yang lainnya secara bergilirian. Lintasan kereta api tersebut dijaga selama 24 jam sehari agar tidak terjadi kecelakaan.
“Tetapi masih saja banyak pengendara yang lewat sering tidak mengindahkan petugas palang pintu, karena dilihat kereta api masih jauh dari pandangannya sehingga sering menerobos rel kereta api. Tidak tertibnya pengendara yang melintas di rel kereta api itulah yang mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan,” imbuhnya.
Identitas ke tiga korban Honda Brio diantaranya ada dua korban meninggal dunia berada didalam mobil tersebut Bernama Abid Bahrain usia 19 tahun beralamat di Jl. Sidosermo IV Gg 15 No. 26 dan Fairuz Aditya Maulana usia 19 tahun alamat Jl. Margorejo III G No. 34. Sedangkan satu jenazah yang terpental 10 meter keluar dari mobil adalah Moch Zidan Ibrahim alamat Jl. Bendul Merisi Gg Besar Timur No. 33 Surabaya.
Ketiga korban dievakuasi dibawa ke kamar janazah RS. Bhayangkara Surabaya. Keluarga korban yang dihubungi oleh petugas langsung mendatangi RS. Bhayangkara dan menyaksikan jenazah yang disemayamkan di kamar Jenazah. Kecelakaan tersebut ditangani oleh Unit Laka Lantas Polrestabes Surabaya yang berada dilokasi untuk melakukan proses evakuasi janazah dan disaksikan oleh petugas BPBD Kota Surabaya, Tim Inafis Polresta Surabaya, Rescue Baruna, Polsek Jambangan, Posko Terpadu wilayah selatan, PMI, Dinsos, PKM Kebonsasri, PKM Siwalankerto, Kasatgas Pagesangan dan Kasatgas Bendul merisi.
Diketahui dari cerita salah satu orang tua almarhum bahwa ketiga korban adalah bersahabat sejak di bangku sekolah dasar, bahkan ketika berada dibangku Sekolah Menengah Pertama berada dalam satu kawasan di SMP Negeri 39 Jl. Perapen Surabaya.
Ketika awak media bertandang kerumah duka saudara Zidan panggilan sehari-hari almarhum, orangtua korban tidak dapat ditemui karena masih berduka yang amat dalam. Menurut keterangan saudara dari orang tua almarhum bahwa Zidan anak kedua dari tiga bersaudara adalah anak yang baik suka bergaul dan banyak temannya. Sebelum kejadian keluarga tidak memiliki firasat apapun dengan meninggalnya korban.
“Saat Hari Minggu Zidan hanya berpamitan dengan orang tuanya bahwa akan buka bersama dengan sahabatnya SMP di daerah Tropodo Sidoarjo. Almarhum Zidan terdaftar sebagai siswa angkatan ke dua SMA Al Hikma Boarding School Batu Malang dan Mei mendatang akan diwisuda serta bercita-cita meneruskan usaha orang tuanya yang bernama Ibrahim dibidang ala-alat kesehatan,” kata saudara dari adik orang tua almarhum.
Sedangkan almarhum Fairuz bulan Mei juga akan diwisuda dari SMA Negeri 10 Surabaya merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara yang bercita-cita menjadi TNI AL meneruskan perjuangan ayahnya yang saat ini masih aktif berdinas di Marinir dengan pangkat Letda bernama Dedi Cahyadi, semua berkas untuk mendaftar sebagai taruna TNI AL sudah dipersiapkan dan tanggal 17 Mei mendatang akan melakukan tes masuk seleksi tahap pertama.
“Fairuz yang sehari-hari suka bergaul dan banyak teman itu sebelum meninggal dunia lebih banyak berdiam diri dirumah dan mebantu pekerjaan orang tuanya dirumah,” ungkap Dedi cahyadi didampingi Komandan Kolonel Hadi yang saat itu berkunjung dirumah duka bercerita tentang almarhum beberapa hari terakhir sebelum meninggal dunia seringkali mengikuti kemana saja ibunya pergi, ketika saat ibunya memasak di dapurpun Fairuz mengikuti dan membantunya memasak, padahal hari sebelumnya tidak pernah sekalipun Fairuz membantu ibunya masak didapur. Apakah ini merupakan firasat kami dan cara fairuz berpamitan akan meninggalkan kami sekeluarga ” tanya Dedi Cahyadi sambil meneteskan air mata.
Menurut keterangan petugas palang pintu kereta api Sukarno, bahwa posisi Fairuz berada disebelah kiri depan dan sebelah kanan yang menjadi sopir adalah almarhum Abid sedangkan Zidan pemilik mobil Honda Brio berada di bangku belakang.
Cerita lain dari ibu Setyawati orang tua tunggal dari almarhum Abid Bahrain yang Mei mendatang juga akan di wisuda bahwa sebelum meninggal dunia telah berceritera bahwa almarhum akan melanjutkan kuliah di ITB Bandung mengambil Jurusan Saint dan technologi hanya menunggu panggilan tes seleksi saja, Abid yang berpamitan akan buka bersama dengan teman SMP itu meminta doa agar dapat diterima masuk kuliah di ITB.
Sebelum terjadinya tabrakan tersebut rencana buka bersama akan dilakukan lima orang yang bersahabat sejak Sekolah dasar itu berikrar akan tetap menjadi saudara dalam suka dan duka dengan julukan lima sekawan yang selalu berbahagia bersama. yang terdiri dari empat laki-laki dan satu perempuan, namun dari lima orang tersebut yang satu orang tidak bisa bergabung untuk berbuka puasa bersama karena sudah ada agenda lain. Maka berangkatlah 4 orang dalam satu mobil yang terdiri dari 3 laki-laki dan satu perempuan. Seusai berbuka puasa empat sahabat tersebut tidak langsung pulang kerumah, tetapi masih jalan-jalan diseputar kota Surabaya hingga larut malam.
Sebelum terjadinya musibah kecelakaan bahwa ketiga sahabat tersebut mengantarkan pulang teman perempuannya di daerah Pagesangan dan yang mengedalikan kendaraan saat itu disopiri Fairuz. “Dalam perjalanan si perempuan mengatakan kepada Fairuz kalau nyetir jangan ngebut-ngebut”
Ketika sampai dirumah perempuan dan ketiga sahabat tersebut akan melanjutkan perjalanan pulang, Brio warna merah dikendalikan oleh Abid. Sampai akhirnya terjadi kecelakaan yang menewaskan tiga sahabat tersebut.
Penulis : M E Kusuma
Editor : A Hairuddin