KRUSIAL.online, NASIONAL – Akhirnya setelah penantian begitu panjang selama kurang lebih 2 tahun, film ini rilis juga. Film yang di angkat dari thread akun Twiter @simpleman yang sempat viral tersebut kini bisa disaksikan dalam bentuk sinema.
Dari hasil review akun @WatchmenID yang mengulas secara gamplang mulai dari alur cerita, akting para pemain mapun audionya. Dalam threadnya akun itu menyayangkan, panjangnya penantian itu nampaknya tidak berbanding lurus dengan kepuasan para pengemar film genre horor tersebut saat menonton filmnya.
Production design jelas merupakan hal yang patut dipuji di film ini. Filmnya sukses menggambarkan suasana mistis Desa Penari dengan begitu wow.
Megahnya audio design dalam membangun ambience saat bagian gamelan berkumandang itu harus diakui keren banget. “Secara Audio Visual cukup oke,” ujarnya.
Banyaknya shot-shot cantik yang dipadukan dengan CGI yang terasa cukup on point bikin nuansa angker nan mistis Desa Penari dengan mudahnya nyampe ke penonton.
“Yes, secara visual film ini memang kerasa cukup outstanding,” pujinya.
Sayang keunggulan aspek visual tidak mampu diimbangi dengan cara bercerita yang “bener”. Alih-alih mencoba pleketiplek dengan versi thread di twitter, KKN The Movie malah berujung menjadi sebuah film yang ga nyaman untuk dicerna.
Entah sengaja menyesuaikan dengan versi threadnya yang punya cara bercerita lompat-lompat, filmnya pun demikian.
Selain cara bercerita yang lompat-lompat dan bikin bingung, cukup banyak pengulangan scene yang entah buat apa tujuannya selain nambah-nambahin durasi doang.
“Urusan jumpscare pun nyebelin, kaya gak dipikirin timingnya sama sekali. Jumpscarenya bikin capek doang,” kritiknya.
“Penonton ga dikasih “sensasi nebak jumpscare”, di film ini kami cuma ngerasa di-“nih rasain ni jumpscare gue sebar di mana mana, mampus kaget lu” sama filmnya,” timpalnya.
Visual keren, segi cerita bikin pusing, jumpscarenya ganggu, terus gimana dengan akting para pemainnya ?
“Well, selain dari adegan pas Widya kesurupan ga ada yang kerasa istimewa sih. Gimana rasanya nonton versi uncut yang durasinya lebih panjang ? Ya ga gimana-gimana selain adegan hahahihe yang well.. emang lumayan kerasa sensual,” ulasnya.
Kayanya sih kepotong bagian itunya pun nampaknya ga terlalu ngaruh apa-apa. Sama capeknya.
“Akhir kata, kami benar benar menyayangkan gimana versi audio visualnya kali ini ternyata ga menghadirkan storytelling yang lebih baik dari versi twitter threadnya,” tutupnya.
Ya setidaknya filmnya masih cukup kebantu dengan visualnya yang megah sih. Namun semua kembali kepada selera para penonton masing-masing, karena yang jelas kebangkitan film nasional patut di apresiasi semua pihak.
Penulis/Editor : A Hairuddin