KRUSIAL.online, SAMPANG – Tindakan yang dilakukan oleh R, warga Dusun Katedungan, Desa Pesarenan, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang benar-benar diluar batas perikemanusian. Pasalnya pelaku tanpa belas kasih menghabisi nyawa ayahnya sendiri yang diletahui bernama Miskali.
Peristiwa berdarah itu diperkirakan terjadi pada pukul 03.00 WIB dini hari, Rabu (18/5/2022). Korban ditemukan keluarganya bersimbah darah dengan mengalami luka cukup parah di bagian kepalanya.
Ayah kandung yang dianiaya oleh anaknya itu diduga menggunakan bongkahan batu yang dipukulkan ke dahi korban. Rupanya pelaku tanpa merasa bersalah, usai menghabisi nyawa korba langsung melarikan diri ke Masjid yang tak jauh dari Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Menurut keterangan salah satu warga, pelaku ditemukan sedang shalat berjemaah subuh di masjid. Namun warga merasa curiga karena tersangka jarang shalat di Masjid.
“Seketika itu warga disini curiga kepada (R) inisial. Sebab, (R) inisial ini sebelum adzan subuh berkumandang dia sudah ada di masjid,” ucap warga yang tak ingin disebut namanya, Rabu, (18/5/2022).
Namun setelah shalat berjamaah subuh yang kebetulan agak siangan, ada warga lain yang meneriaki jika (R) sudah menganiaya ayah kandungnya hingga meninggal dunia.
“Ternyata, (R) ini dicari oleh keluarganya sebab saat ayah kandungnya ditemukan tidak bernyawa ternyata dia menghilang dari rumahnya dan bersembunyi di Masjid,” tambahnya.
Berdasarkan penuturan Jumhiyeh adik kadungnya, ternyata pelaku sudah lama mengalami gangguan mental atau Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Korban dihabisi nyawanya saat tidur nyenyak di sebuah langgar atau Musholla dengan menggunakan bongkahan batu besar hingga dahi korban pecah cukup parah.
Seketika itu juga, korban tidak berdaya dan dihampiri oleh Jumhiyeh adik kandung dari pelaku penganiayaan.
“Pelaku sudah tidak ada di langgar saat ayah saya tidak berdaya dan terdapat batu besar disampingnya,” tuturnya Jumhiyeh saat jajaran Satreskrim Polres Sampang di TKP, Rabu, (18/5/2022).
Sebelum meninggal dunia, korban berwasiat kepada Jumhiyeh dan menitipkan saudara-saudaranya.
“Wasiat Ayah sebelum meninggal. Ayah pulang dulu ya nak, tolong jaga diri baik-baik dirumah,” katanya dengan terbata-bata.
Setelah melihat ayah tak berdaya, Jumhiyeh berteriak untuk meminta bantuan kepada tetangga yang tak jauh dari rumahnya.
“Saya langsung berteriak meminta bantuan kepada tetangga untuk mengangkat jenazah ayah,” ujarnya.
Jumhiyeh bercerita, sebenarnya kakaknya itu sudah lama mengalami gangguan jiwa. Bahkan sempat dipasung di rumah sekitar tiga bulan yang lalu.
“Dia mengalami gangguan jiwa, tiga bulan lalu pernah dipasung sambil lalu diobati oleh Puskesmas Kedungdung setiap bulan,” tandasnya sambil berlinang air mata.
Penulis/Editor : A Hairuddin