KRUSIAL.online, SAMPANG – Jumlah penduduk miskin di Kabupeten Sampang masih tetap tertinggi di Jawa Timur. Padahal berbagai program pengentasan kemiskinan telah digelontorkan pemerintah pusat, namun angka kemiskinan tidak mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Program pengentasan kemiskinan itu antara lain melalui Program Keluarga Harapan yang disalurkan untuk 46 ribu KK (Kepala Keluarga). Selain itu melaui program BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maupun Kartu Indonesia Pinter (KIP), termasuk pula akses rumahnya diperbaiki jika tidak layak huni mengunakan data by NIK (Nomor Induk Kependudukan).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terhitung bulan Maret 2021 jumlah penduduk Sampang yang hidup dibawah Garis Kemiskinan (GK) mencapai 237,23 ribu jiwa. Dibandingkan kondisi Maret 2020 jumlahnya 224,74 ribu jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 12,49 ribu jiwa,
Secara prosentase angka kemiskinan yang mencapai 23,76 % itu, menempatkan Sampang sebagai kabupaten termiskin dibandingkan 37 daerah lain di Jawa Timur (Jatim). Disusul peringkat kedua dengan angka kemiskinan tertinggi di sandang Kabupaten Bangkalan mencapai 21,57%. Kemudian peringkat ketiga adalah Kabupaten Sumenep dengan angka kemiskinan 20,51 %,
Kabid Pemerintahan Pembangunam Manusia (PPM), Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Sampang, Sutrisno, mengatakan, secara nasional angka kemiskinan di semua daerah memang mengalami kenaikan. Penyebab utamanya karena dampak global pandemi Covid 19.
“Dampak pandemi memukul semua sektor. Para pekerja migran di luar negeri banyak yang pulang kampung karena di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), sehingga semakin menambah beban bagi daerah,” jelas Sutrisno Senin (8/8/2022).
Dia menjelaskan, kultur dan budaya masyarakat di bawah diakui memang masih rendah, atau SDM (Sumber Daya Manusia) dalam menerapkan program KB (Keluarga Berencana) dapat dikatakan tidak berhasil. Terutama warga yang tinggal di wilayah pelosok pedesaan dengan mindsetnya masih menganggap tabu program KB tersebut. Sehingga kerap dijumpai dalam satu keluarga masih mempunyai 5 hingga 10 anak.
“Tentu saja tidak bisa dinafikan bahwa keluarga yang mempunyai anak banyak juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan sebuah keluarga,” urainya.
Selain itu faktor geografis sangat berpengaruh terhadap tingginya angka kemiskinan di Sampang. Mengingat lahan sawahnya kebanyakan tadah hujan, bahkan sebagian besar lahan tidak produktif, sehingga masyarakat tidak bisa sepenuhnya mengandalkan hidupnya dari hasil pertanian.
“Sampang memang masuk dalam katagori angka kemiskinan ekstrem di Indonesia. Maka untuk mencari kantong-kantong kemiskinan sebesar 10 persen, kita memakai data kemiskinan 2022 melalui BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) itu jumlah rumah tangga miskin mencapai 46.503 Kepala Keluarga (KK) dan penduduk miskin sebanyak 172.529 jiwa. Dari data tersebut kita akan melakukan penyisiran agar menemukan valiadasi angka kemiskinan yang akurat,” terangnya.
Namun ia mengingatkan bahwa angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan. Pada tahun 2021 mencapai 62,80, meningkat 0,10 poin (0,16 persen) dibandingkan capaian tahun sebelumnya yakni 62,70.
“Selama kurun 2010-2021, angka IPM Kabupaten Sampang rata-rata meningkat sebesar 1,39 persen per tahun dari 54,49 di tahun 2010 menjadi 62,80 di tahun 2021. Ini menunjukkan bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan di sektor pendidikan dan kesehatan,” tutupnya.
Penulis/Editor : A Hairuddin