KRUSIAL.online, SAMPANG – Ketimpangan pembangunan antara kota dengan desa di Kabupaten Sampang sangat terasa. Di satu sisi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) gentol mempercantik kota dengan menghabiskan dana puluhan miliar, tapi malah mengabaikan kondisi infrastruktur jalan di wilayah pedesaan.
Hal itu dirasakan sejumlah warga desa, salah satunya Desa Ketapang Daya, Kecamatan Ketapang. Karena sudah lama kondisi ruas jalan di desa itu tidak pernah tersentuh pembangunan, sehingga warga setempat bergotong royong dan rela sumbangan untuk memperbaiki jalan poros desa yang rusak.
Kepala Desa Ketapang Daya H Mochammad Widjan berinisiatif dengan melibatkan partisipasi masyarakat untuk ikut berperan aktif memperbaiki jalan yang rusak parah itu dengan mengajak sumbangan secara suka rela.
“Alhamdulillah uang sumbangan yang terkumpul dari masyarakat mencapai Rp 350 juta,” kata Kades Ketapang Daya H Mochmmad Widjan, Senin (28/11/2022).
Menurut Ketua Klebun Pantura Bersatu itu, uang yang terkumpul itu digunakan untuk memperbaiki ruas jalan di Dusun Tlabang dan Dusun Loncantok. Mengingat jalan poros desa itu merupakan akses sarana utama bagi warga sekitar sebagai penunjang mobilisasi ketika hendak pergi ke kota atau menjual hasil panen pertaniannya.
“Ketika musim hujan akses jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan, karena kondisinya licin dan berlumpur. Sehingga aktivitas warga menjadi lumpuh,” ujar Bun Wid, sapaan akrabnya.
Dia menambahkan dana partisipasi dari masyarakat itu di pakai untuk membuat jalan rabat beton dengan melibatkan semua komponen masyarakat untuk bergotong royong membantu sebagai pekerja dalam memperbaiki jalan tersebut.
“Mudah-mudahan desa yang lain juga tergerak untuk berpartisasi dalam membangun wilayahnya, agar tidak selalu tergantung kepada pemerintah daerah,” tandasnya.
Sementara itu Bupati Sampang H Slamet Junaidi, dalam akun media sosial menyampaikan, ia ingin Sampang di perhitungkan dibandingkan kabupaten lain. Kadang ada sebagian masyarakat berkata kok taman di bangun tapi jalan tidak.
Orang nomor satu di Kota Bahari itu beralasan mengapa banyak membangun taman, karena tidak ingin kotanya jelek dan tidak ada orang yang mau singgah ke kota Sampang. Namun ia berdalih bahwa program dua-duanya ingin jalan walaupun dalam prakteknya tidak optimal.
“Ibaratkan kita punya anak cantik ditaruh di depan rumah, Insyaallah akan banyak pemuda yang datang. Ketika daerah banyak dikenal orang lain, maka akan banyak kesempatan orang ikut investasi di Kabupaten kita,” kata Slamet Junaidi.
Penulis/Editor : A Hairuddin.