KRUSIAL.online, SAMPANG – Kondisi 3 payung elektrik yang mirip dengan Masjid Madinah yang menjadi salah satu ornamen Alun Alun Trunojoyo tersebut, rupanya sudah sejak lama dibiarkan rusak, namun tidak ada tanda-tanda untuk memperbaiki kerusakannya oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sampang.
Payung dengan bentang 15 meter itu menelan dana sebesar Rp 800 juta dengan 2 paket layar, sehingga total anggaran untuk 3 payung menghabiskan dana mencapai Rp 2,4 miliar. Pembangunannya tidak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh di siang hari, tetapi di malam hari layarnya bisa menangkap lighting laser.
Namun karena tidak bisa difungsikan secara optimal, maka payung raksasa mungkin tidak asing bentuknya bagi yang sudah pernah berangkat ke Arab Saudi. Tidak dapat dinikmati keindahan payung tersebut oleh para pengunjung Alun Alun Trunojoyo.
Zainal Abidin, Sekretaris LSM Aliansi Rakyat Marginal Sampang (ALARM’S) menilai dinas terkait tidak becus mengelola dan merawat alun alun yang selama ini di bangga-banggakan itu. Padahal uang yang dikeluarkan untuk membeli payung elektrik harganya mencapai miliaran rupiah.
“Jadi kami mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) agar melakukan audit investigasi terhadap proyek pengadaan payung elektrik tersebut. Karena sejak awal di operasionalkan sudah bermasalah, sehingga pengunjung tidak dapat menikmati payung yang katanya bisa mengembang dan menutup itu,” desak Zainal, Rabu (28/8/2024).
Ia menyatakan, proyek yang menghabiskan anggaran sangat besar itu, tetapi sayangnya dalam pengelolaannya tidak profesional. Hal ang dikhawatirkan masyarakat selama ini tercermin dari kualitas ornamen payung elektrik yang tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya karena rusak berat.
“Kami ingin memastikan apakah memang kualitas payung elektrik tidak sesuai dengan ketentuan atau memang ada kendala teknis. Sehingga harus ada pertanggung jawaban dari pelaksana pemenang tender proyek, maupun pihak DLH untuk memberikan penjelasan pada publik,” tegasnya.
Sementara itu Imam Irawan Sekretaris DLH Sampang, pada waktu pelaksanaan proyek Alun Alun Trunojoyo masih menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Konservasi Rehabilitasi Lingkungan dan Pertamanan, saat dikonfirmasi menjelaskan, bahwa penyebab kerusakan payung elektrik itu karena aplikasi yang harus di upgrade tiap 6 bulan sekali dengan biaya sebesar Rp 15 juta tiap payungnya atau total mencapai Rp 45 juta.
“Namun karena kami tidak punya anggaran pemeliharaan rutin, sehingga tidak dapat membayar upgrade aplikasi tersebut, sehingga sejak Februari lalu sudah tidak dapat dioperasionalkan,” jelas Irawan.
Namun ia memastikan, anggarannya masuk dalam Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) 2024. Kemungkinan setelah di sahkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, dananya akan turun sekitar bulan Oktober mendatang.
Lebih jauh ia memaparkan, pengadaan payung elektrik itu dikerjakan oleh PT Lansekap Karya Abadi Surabaya sebagai pemenang proyek Alun Alun Trunojoyo senilai Rp 18,9 miliar. Lalu kemudian pekerjaan yang membutuhkan spesifikasi khusus itu di kontraktual dengan pihak ketiga kepada PT Alfan Megatronic Innovation (AMI) Malang sebagai pelaksana yang membuat payung raksasa tersebut.
“Ini artinya pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang dalam hal ini DLH melakukan kontraktual dengan PT Lansekap Karya Abadi. Sedangkan PT AMI merupakan pihak ketiga membuat kontraktual internal dengan PT Lansekap Karya Abadi sebagai pemenang tender,” pungkasnya.
Penulis/Editor : A Hairuddin