KRUSIAL.online, BANGKALAN – Di sebuah pagi yang kelabu di Desa Blega, Bangkalan, terdengar kabar yang menggugah nurani masyarakat. Seorang pria bernama Wesid kini harus mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Bangkalan setelah diduga melakukan tindak pencurian ayam. Aksi nekat tersebut bukanlah semata-mata dilandasi oleh niat serakah, melainkan sebagai upaya desperat untuk mengisi perut anak dan istri yang hidup dalam kondisi miskin yang mencekam.
Wesid, yang kini tengah menanti kepastian hukum, dijadwalkan akan menghadiri persidangan pada hari Senin mendatang di Pengadilan Negeri Bangkalan. Meski kasus ini menimbulkan simpati dari banyak pihak, ia juga menyulut perdebatan hangat tentang keadilan sosial di tengah kemiskinan yang merajalela.
Pengacara kondang asal Surabaya, Bung Taufik, telah menyatakan kesiapannya untuk membela Wesid. Menurut Bung Taufik, hukum seharusnya tidak hanya menjerat pelaku, melainkan juga harus melihat konteks sosial ekonomi yang melatarbelakangi tindakan tersebut. “Jika ia memiliki pekerjaan yang layak, tentu ia tidak akan terpaksa melakukan tindakan seperti ini. Pemerintah seharusnya turut mengambil bagian dalam mencari solusi bagi masyarakat miskin,” ujarnya dengan tegas.
Bung Taufik juga mengimbau agar aparat penegak hukum dan pejabat daerah seperti Ketua Pengadilan Negeri Bangkalan dan Kepala Kejaksaan Negeri Bangkalan mempertimbangkan aspek kemanusiaan dalam memutuskan kasus Wesid. Tak hanya itu, beliau juga meminta agar Bupati Bangkalan segera memberikan bantuan kepada keluarga tersangka sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap rakyat kecil yang menjadi korban dari sistem ekonomi yang tidak merata.
Dalam pernyataannya, Bung Taufik menekankan bahwa hukum harus ditegakkan secara adil tanpa memandang status sosial ekonomi. “Saya akan mengawal kasus ini sampai Wesid mendapatkan keadilan yang sesungguhnya. Tidak boleh ada ketimpangan hukum, terutama bagi rakyat kecil yang sering kali menjadi korban dari kondisi ekonomi yang sulit,” tambahnya.
Kasus Wesid kini menjadi sorotan publik dan membuka kembali perdebatan tentang bagaimana pemerintah dan aparat hukum seharusnya menangani persoalan kemiskinan. Banyak pihak berharap agar kisah ini menjadi momentum untuk mengkaji ulang kebijakan sosial dan ekonomi, sehingga di masa depan tidak ada lagi individu yang terpaksa memilih jalan melanggar hukum demi bertahan hidup.
Penulis : Jamal
Editor : A Hairuddin